Rabu, 22 Februari 2012

Kebijakan Penyuluhan Pertanian di Indonesia


Implikasi Kebijaksanaan Penyuluhan Pertanian di Indonesia


Kebijakan penyuluhan pertanian di Indonesia mengalami beberapa perubahan yang berpengaruh terhadap peran maupun fungsinya, setidaknya ada empat periode perubahan kebijakan seperti yang disampaikan oleh Margono Slamet.

Periode sebelum tahun 1986

Penyuluh Pertanian Lapang terkoordinir oleh seorang kepala BPP dengan pendekatan Latihan dan Kunjungan (Laku) sebagai penggerak inovasi.   PPL yang jumlahnya relatif memadai dan berada pada rata-rata usia yang masih memungkinkan energik, telah menjadi pendorong terwujudnya swasembada beras.   Pola penyuluh menangani multi komoditi (polivalen) nampaknya pada masa itu dinilai masih sesuai dengan kondisi dan kebutuhan masyarakat pada saat itu, yang memang belum terbiasa dengan spesifikasi dalam profesi.
Dibanding dengan periode tahun sesudah 1986, periode ini dapat dinilai merupakan periode yang paling efektif bagi kegiatan penyuluhan dengan pola pendekatan pembangunan pertanian yang sentralistis (top down), yang dalam realisasinya lebih mengutamakan kepentingan pencapaian tujuan Pusat, yaitu tercapainya swasembada pangan nasional.    Periode ini ditandai dengan publikasi tercapainya swasembada beras pada tahun 1984.   Namun swasembada beras nasional tersebut tidak bertahan lama.   Hal ini dapat menjadi salah satu indikator nyata sebagai kelemahan pendekatan yang sentralistis, yang tidak mengutamakan pendekatan petani dengan pengelolaan usahataninya sebagai sentral dalam pembangunan pertanian.   Petani hanya ditempatkan sebagai sarana untuk mencapai swasempada pangan nasional.   Terbukti ketika swasembada tersebut telah tercapai, ketahanan pangan rumahtangga petani dan masyarakat pedesaan masih dibayangi ancaman rawan pangan, karena tidak terkendalinya baik harga sarana input dan harga produk pertanian, serta melemahnya keswadayaan petani.
Pengorganisasian penyuluhan pertanian pada masa ini, dibanding dengan masa sesudahnya dapat dinilai telah menempatkan penyuluhan menjadi kondusif sebagai faktor pelancar pembangunan pertanian.   Telah terjadi perubahan yang nyata pada perilaku petani, dari tidak menerapkan teknologi maju pertanian seperti pupuk dan obat-obatan menjadi terbiasa menerapkan, bahkan sampai pada tingkat bila tidak menerapkan teknologi tersebut ada rasa bersalah dalam dirinya. Namun, pendekatan penyuluhan pada masa itu masih kurang kondusif bagi terwujudnya kemandirian petani, karena inovasi yang diterapkan oleh petani cenderung dianjurkan oleh penyuluh, sehingga menghasilkan petani yang  tergantung pada aparat dalam pengelolaan usahataninya.    Dalam kondisi seperti ini, kinerja penyuluh dan komponen-komponen penyuluhan lainnya (terutama kesinambungan inovasi) menjadi sangat menentukan kinerja pertanian.

Periode Tahun 1986-1991

Pada masa ini, pengorganisasian penyuluhan dirubah, peran penyuluh tidak  polivalen lagi.   Penyuluh yang semula berada di Dinas Pertanian Pangan, dibagi lagi tugasnya dan sesuai dengan bidang tugas monovalen penyuluh selanjutnya menjadi bagian dari dinas-dinas subsektoral, yakni Dinas Pertanian, Dinas Peternakan, Dinas Perikanan dan Dinas Perkebunan.
Selanjutnya jumlah penyuluh yang menangani bidang pertanian makin berkurang, tetapi dihadapkan pada luas wilayah yang makin luas.  Penyuluh yang semula mempunyai wilayah kerja penyuluhan pertanian (WKPP) sekitar satu sampai dua desa, bertambah menjadi tiga sampai empat desa per PPL.   Sedangkan penyuluh yang bekerja pada dinas subsektoral, mempunyai wilayah kerja yang sangat luas, yang semula satu-dua desa, pada masa ini menjadi satu kecamatan.
Pada saat itulah terjadi hal-hal yang kurang menguntungkan bagi penyelenggaraan penyuluhan yang efektif.   Beberapa kelemahan yang muncul kemudian :
1.      Kelompok binaan penyuluh menjadi semakin terbatas, yang semula sekitar 16 wilkel karena jangkauan geografis dan sosiologisnya makin luas menjadi menurun sekitar tinggal 5 - 8 kelompok saja yang dapat "dibina" secara relatif intensif oleh PPL.
2.      Kesinambungan inovasi melalui Laku juga menjadi kurang intensif, karena keragaman komoditi tersebut sebenarnya membutuhkan intensitas dan keragam materi penyuluhan (inovasi) yang makin tinggi pula.
3.      Petani belum siap menghadapi spesifikasi dalam keprofesian penyuluh seperti itu, yang dipahami petani selama ini adalah PPL itu melayani penyuluhan secara polivalen.
4.      Kegiatan penyuluh lebih banyak terbebani kegiatan-kegiatan proyek yang bersifat fisik dan target penyelesaian suatu proyek.   Yang kenyataannya hal ini sulit untuk disejalankan dengan konsep-konsep penyuluhan yang benar-benar menerapkan falsafah dasar penyuluhan.

Periode Tahun 1991-1996

Era ini ditandai dengan penyerahan urusan penyuluhan pertanian melalui SKB Mendagri dan Mentan Nomor 539/Kpts/LP.120/7/1991 dan nomor 65 Tahun 1991 tentang Pedoman Penyelenggaraan Penyuluhan Pertanian di Daerah.
Banyak pengamat dan penyuluh pertanian berpendapat, dimasa ini terjadi stagnasi atau kemunduran penyelenggaraan penyuluhan pertannian, bahkan sebagian mengatakan sebagai kehancuran penyuluhan pertanian (ekstensia, volume 3 1996).   Masa ini ditandai dengan dinamika penyuluhan pertanian menurun drastis, lesu darah dan kurang gairah.   Para penyuluh mengeluh, kehilangan kemapanan yang sebelumnya dimiliki dengan penuh kebanggaan atas prestasi dan keberhasilan mencapai swasembada beras.  Mereka merasa tercampak karena terpecah-pecah dan terkotak-kotak secara subsektoral.  Berubahnya fungsi BPP, berubahnya sistem kerja para penyuluh dirasakan oleh penyuluh telah merenggut eksistensi diri, status dan pijakan sosial para penyuluh di masyarakat.
Adanya perbedaan kemampuan dan pemilikan sumberdaya pada masing-masing dinas yang bersifat otonom, telah menyebabkan terjadinya bias yang melemahkan kesatuan kelembagaan penyuluhan pertanian di daerah.  Administrasi kepegawaian dikelola secara terpisah oleh masing-masing subsektor, yang menyebabkan perbedaan perlakuan sesama penyuluh dalam karirnya.  Penerapan desentralisasi ini masih belum diikuti dengan adanya klarifikasi rincian jenis pembinaan teknis yang jelas.  Pada hal dalam pelaksanaan desentralisasi ini tugas Deptan sebenarnya adalah memantau dan membina secara teknis kepada Daerah.  Berbagai penelitian (Karsa, 1994; Hasta, 1994 dalam Ekstensia, 1996) menunjukkan bahwa telah terjadi perbedaan antara konsep LAKU dengan penerapannya di lapang karena faktor ketersediaan dana; terjadi penurunan kinerja penyuluh pertanian baik secara kualitas maupun kuantitas; terjadi kerancuan operasional kerja penyuluhan pertanian sehingga ketidak serasian hubungan penyuluh antar sub-sektor, yang menyebabkan degradasi penyuluhan pertanian menjadi seolah lumpuh, tidak efektif dan tidak fleksibel.

Periode Setelah Tahun 1996

Diterbitkannya SKB Mendagri dan Mentan nomor 54 tahun 1996 dan nomor 301/Kpts/LP.120 /4/1996 tentang Pedoman Penyelenggaraan penyuluhan Pertanian dirasakan oleh para penyuluh sebagai angin segar, yang memberikan harapan bagi penyuluh untuk kembagi berjaya, leluasa berkiprah dalam penyuluhan yang teritegrasi antar subsektor.  Keberadaan BIPP menumbuhkan harapan penyuluh untuk menempatkan penyuluh pada jati dirinya kembali.  Namun, sampai kini penerapan SKB tersebut masih banyak menghadapi kendala, terutama masih tersisanya kepentingan-kepentingan subsektoral sejalan dengan belum jelasnya pedoman hubungan kerja antar lembaga pendukung pembangunan pertanian di tingkat daerah.
Seperti dikatakan Husein (ekstensia, 1996) pada saat ini, meskipun telah memasuki era desentralisasi, namun “budaya menunggu petunjuk dari atas” masih kuat melekat pada aparatur pemerintah.  Masih banyak aparat yang belum memahami makna desentralisasi sebagai suatu kondisi yang memerlukan sikap pro-aktif, yaitu kurang memahami bahwa asas desentralisasi pada dasarnya memberikan kewenangan untuk mengambil tindakan, berfikir dan berbuat sepanjang tidak bertentangan dengan hakekat hukum yang diterima oleh masyarakat.
Kendala lainnya adalah terjadinya tarik-tarikan kedudukan penyuluh antara dinas subsektoral pertanian dengan BIPP.  Dinas subsektoral yang telah merasakan manfaat keberadaan penyuluh dalam mendukung secara langsung dan penuh atas proyek-proyek, serta telah dijadikan andalan di lapang ternyata merasakan sangat kehilangan dan masih ingin mempertahankan keberadaan penyuluh dalam lingkungan dinas tersebut.   Pengenalan masalah dan evaluasi kegiatan dinas-dinas di lapangan menjadi sangat melemah karena kelangkaan tenaga yang mampu menggantikan peran tenaga penyuluh di dinas tersebut.  Keberadaan BIPP sebagai tali pengikat dan wadah para penyuluh masih terkendala oleh status kepegawaian yang mendua, terutama dalam penggajian dan status kepegawaiannya yang masih berada di instansi dinas subsekror tersebut.
Keberadaan seksi penyuluhan di masing-masing dinas subsektoral paling merasakan dampaknya, apakah keberadaan seksi ini masih perlu dipertahankan ataukah dihapuskan saja ?, menjadi pertanyaan yang belum terjawab di lapang.   Kalau pada periode sebelumnya terjadi ketidak serasian antar penyuluh itu penyuluh karena terkotak-kotak secara subsektoral, kini yang terjadi belum terciptanya keserasian antara kegiatan dinas dengan kegiatan penyuluhan dibawah koordinasi BIPP.
Sebenarnya hal diatas terjadi karena belum jelasnya mekanisme kerja antara penyuluh dengan dinas.  Hal ini menyangkut masalah kelembagaan penyuluhan di daerah, yang memerlukan kejelasan norma hubungan kerja dan ketegasan tentang rentang kendali koordinasi yang sinergis antara BIPP, Sekdal Bimas Tingkat II dan Dinas-dinas Subsektoral di Daerah Tingkat II.

Minggu, 19 Februari 2012

Penentu Kedinamisan Kelompok tani SL-PTT

Unsur Pengikat Kelompok sebagai Penentu Kedinamisan
Kelompoktani SL-PTT Padi Sawah (Oryza sativa L.)
Oleh :
MOHAMAD YUSUF
NIRM: 04.1.1.11.0195

Pengkajian ini di latar belakangi oleh kondisi yang dialami dalam pelaksanaan SL-PTT di Kecamatan Adiluwih seperti;  tanam tidak serempak,  jenis varietas padi  yang ditanam dalam hamparan tidak sama, pengendalian hama dan penyakit tidak kompak, perbaikan saluran pembuangan air tidak dilaksanakan dengan baik, terasa jauh dari apa yang ada dalam prinsip-prinsip PTT, untuk itu diperlukan kajian yang mendalam mengenai kedinamisan kelompoktani  dalam kegiatan SL-PTT padi sawah di kecamatan Adiluwih.
Metode pengkajian ini menggunakan analisis deskriptif  untuk memaparkan tingkat kekuatan unsur pengikat dan tingkat kedinamisan kelompoktani dan inferensial menggunakan koefisien korelasi Spearman (Spearman’s Coefficient of (Rank) Correlation) untuk mengetahui hubungan antara unsur pengikat dan dinamika kelompoktani . Populasi sejumlah 275 orang dari 5 kelompoktani diambil sampel secara sengaja (purposive sampling), yaitu sampel yang diambil adalah petani responden yang tempat tinggalnya berdekatan dengan pengurus kelompok.  Setiap kelompok diambil sampel 3 orang pengurus dan 3 orang anggota jumlah 6 orang sehingga jumlah   sampel seluruhnya 30 orang.
Berdasarkan hasil pengkajian ternyata Tingkat kekuatan unsur pengikat kelompoktani pelaksana SL-PTT tahun 2008 di Kecamatan Adiluwih dalam kategori cukup kuat dan cenderung kuat dari semua responden menyatakan mempunyai jenis usaha yang sama dan cenderung selalu sama dengan yang diusahakan kelompok, mempunyai kawasan usaha yang saling berdekatan, dengan pengurus kelompok  yang diterima oleh sebagian besar anggotanya,  sering melakukan kegiatan gropyokan tikus dan perbaikan saluran drainase yang didukung oleh tokoh masyarakat. Tingkat kedinamisan Kelompoktani pelaksana SL-PTT tahun 2008 di Kecamatan Adiluwih kategori cukup dinamis sebagian besar anggota kelompoktani mengetahui dan cenderung sangat mengetahui tujuan, mempunyai pola hubungan yang jelas struktur kelompok, Sebagian besar anggota kelompok ( 86,7%) memahami fungsi tugas kelompok, anggota sering hadir dalam pertemuan (46%) dengan fasilitas tersedia cukup lengkap. Anggotanya kelompok   sering melakukan kegiatan bersama (56,7%) yang dijaga dengan baik kekompakannya oleh  pimpinan kelompok , sebagian besar anggota (70%) sering berhubungan dengan anggota dan pengurus kelompok baik dalam pertemuan kelompok maupun di luar pertemuan yang saling terbuka, anggota taat pada aturan kelompok  dan puas terhadap keberhasilan yang sudah diperoleh kelompok sehingga anggota tetap ingin berkelompok walaupun tujuan pribadinya belum tercapai. Hubungan unsur Pengikat kelompoktani pelaksana SL-PTT tahun 2008 di kecamatan Adiluwih mempunyai tingkat korelasi yang sangat kuat yaitu 0,905, kedinamisan kelompoktani SL-PTT padi sawah Kecamatan Adiluwih sangat dipengaruhi oleh kekuatan unsur pengikat yang ada dalam kelompoktani.
Kata kunci : Unsur Pengikat, Dinamika, SL-PTT



PENDAHULUAN
Latar Belakang
Program-program pemerintah dalam hal peningkatan produksi  yang berupa bantuan untuk petani sering di ikuti dengan kegiatan SL-PTT, di harapkan dengan penyertaan program tersebut dalam program peningkatan produksi pangan (padi, jagung, kedelai) dapat mencapai sasaran yang tepat seperti yang di kehendaki. Kondisi yang dialami dalam pelaksanaan SL-PTT di Desa Bandungbaru Kecamatan Adiluwih seperti;  tanam tidak serempak,  jenis varietas padi  yang ditanam dalam hamparan tidak sama, pengendalian hama dan penyakit tidak kompak, perbaikan saluran pembuangan air tidak dilaksanakan dengan baik, terasa jauh dari apa yang ada dalam prinsip-prinsip PTT, untuk itu diperlukan kajian yang mendalam mengenai kedinamisan kelompoktani  dalam kegiatan SL-PTT padi sawah  di Desa Bandungbaru Kecamatan Adiluwih Kabupaten Pringsewu. 
Rumusan Masalah
1.        Unsur pengikat apa saja yang terdapat dalam kelompoktani SL-PTT Padi Sawah ?
2.        Bagaimana hubungan unsur pengikat kelompoktani dengan dinamika kelompoktani SL-PTT Padi Sawah ?
Tujuan
Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan maka tujuan penelitian ini adalah :
1.        Menganalisis unsur pengikat kelompoktani kelompoktani pada kelompoktani SLPTT Padi Sawah di Desa Bandungbaru Kecamatan Adiluwih Kabupaten Pringsewu.
2.        Menganalisis unsur dinamika kelompoktani pada kelompoktani SLPTT Padi Sawah di Desa Bandungbaru Kecamatan Adiluwih Kabupaten Pringsewu.
3.        Untuk mengetahui hubungan unsur pengikat kelompoktani  terhadap kedinamisan kelompoktani SLPTT Padi sawah di Desa Bandungbaru Kecamatan Adiluwih Kabupaten Pringsewu.
Manfaat
1.        Bagi pengkaji
Penelitian ini sebagai tambahan pengetahuan dalam penumbuhan dan pengembangan kelompoktani yang menjadi salah satu tugas pokok selaku penyuluh pertanian.
2.        Bagi kelompoktani.
Sebagai tambahan pengetahuan mengenai dinamika kelompoktani untuk berlangsungnya kegiatan kelompoktani.
3.        Bagi dinas terkait
Sebagai bahan pertimbangan dalam penetapan lokasi kegiatan SLPTT padi sawah di Kecamatan Adiluwih Kabupaten Pringsewu.
Batasan Kajian
Pelaksanaan tugas akhir ini memiliki keterbatasan waktu, tenaga, biaya, sarana dan prasarana sehingga pengkajian ini di fokuskan pada ;
1.        Lokasi, Pelaksanaan kajian di fokuskan pada 5 kelompoktani yang pernah melaksanakan kegiatan SLPTT padi sawah tahun 2008 di Desa Bandungbaru Kecamatan Adiluwih Kabupaten Pringsewu.
2.        Masalah, pengkajian di fokuskan pada adanya keterkaitan antara unsur pengikat kelompoktani dalam menentukan kedinamisan kelompoktani SL-PTT padi sawah di Desa Bandungbaru Kecamatan Adiluwih Kabupaten Pringsewu.

II. TINJAUAN PUSTAKA
Peraturan Menteri Pertanian  No 273/Kpts/OT.160/4/2007 tentang Pedoman Penumbuhan dan Pengembangan  dan Gabungan kelompoktani menyatakan bahwa yang disebut kelompoktani adalah kumpulan petani/ peternak/ pekebun yang dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi, lingkungan (sosial, ekonomi, sumber daya) dan keakraban untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha anggota.
Karakteristik Kelompoktani
Kelompoktani pada dasarnya adalah organisasi non formal di pedesaan yang ditumbuhkembangkan dari, oleh dan untuk petani memiliki karakteristik sebagai berikut (Permentan No ; 273/Kpts/OT.160/4/2007);
1.        Ciri-ciri Kelompoktani
Adapun ciri-ciri kelompok tani adalah sebagai berikut 1) Saling mengenal, akrab dan saling percaya diantara sesama anggota; 2) Mempunyai pandangan dan kepentingan yang sama dalam usaha tani; 3) Memiliki kesamaan dalam tradisi dan atau pemukiman, 4) Hamparan usaha, jenis usaha, status ekonomi maupun sosial, bahasa, pendidikan dan ekologi; dan 5) Ada pembagian tugas dan  tanggung jawab  sesama  anggota  berdasarkan  kesepakatan  bersama.
2.        Unsur Pengikat Kelompoktani
Unsur pengikat kelompoktani adalah sebagai berikut:1) Adanya kepentingan yang sama diantara para anggotanya; 2) Adanya kawasan usaha tani yang menjadi tanggung jawab bersama diantara para anggotanya; 3) Adanya kader tani yang berdedikasi untuk menggerakkan para petani dan kepemimpinannya diterima oleh sesama petani lainnya; 4) Adanya kegiatan yang dapat dirasakan manfaatnya oleh sekurang-kurangnya sebagian besar anggotanya; dan 5) Adanya dorongan atau motivasi dari tokoh masyarakat setempat untuk menunjang  program  yang  telah  ditentukan.
Fungsi Kelompoktani
1.        Kelas belajar
Kelompoktani merupakan wadah belajar mengajar bagi anggotanya guna meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap (PKS) serta tumbuh dan berkembangnya kemandirian dalam berusaha tani sehingga produktivitasnya meningkat, pendapatannya bertambah serta kehidupan yang lebih sejahtera.
2.        Wahana kerja sama
Kelompoktani merupakan tempat untuk memperkuat kerja sama diantara sesama petani dalam kelompoktani dan antar kelompoktani serta dengan pihak lain. Melalui kerja sama ini diharapkan usaha lainnya akan lebih efisien serta lebih mampu menghadapi ancaman, tantangan,  hambatan  dan  gangguan.
3.        Unit produksi
Usaha tani yang dilakukan oleh masing-masing anggota kelompoktani, secara keseluruhan harus dipandang sebagai suatu kesatuan usaha yang dapat dikembangkan untuk mencapai skala ekonomi, baik dari segi kuantitas, kualitas maupun kontinuitas.
Dinamika Kelompoktani
Menurut Purwanto (2007), dinamika kelompoktani adalah seluruh aktivitas dari kekuatan intern dan ekstern secara interaktif dari seluruh anggota kelompok. Sedangkan kelompok dikatakan dinamis apabila semua unsur yang  ada dalam kelompok berinteraksi dan berperan sesuai fungsinya. Selanjutnya  untuk  mengukur  kedinamisan  dalam  suatu kelompok dapat dilihat dari segi :1) Pertemuan kelompok; 2) Produksi usaha tani meningkat; 3) Adanya rencana kerja; 4) Pengurus aktif (berfungsi); 5) Norma kelompok  ditaati; 6) Adanya  tabungan ; 7) Pendapatan dan Kesejahteraan.
Benedict dalam Santoso (2006:7) menjelaskan bahwa persoalan yang ada di dalam dinamika kelompok adalah sebagai berikut :
1.        Kohesi (persatuan)
Dalam  persoalan  kohesi  ini  akan  dilihat  tingkah  laku  anggota  dalam kelompok, seperti proses pengelompokan, intensitas anggota, arah pilihan, nilai kelompok dan sebagainya.
2.        Motif (dorongan)
Persoalan motif ini berkisar pada diri pribadi anggota terhadap kehidupan kelompok, yang terdiri dari kesatuan berkelompok, tujuan bersama, orientasi diri terhadap kelompok dan sebagainya.
3.        Struktur
Persoalan  ini  terlihat  pada  bentuk  pengelompokan,  bentuk  hubungan, perbedaan kedudukan antar anggota, pembagian tugas dan sebagainya.
4.        Pimpinan
Persoalan pimpinan tidak kalah pentingnya pada kehidupan kelompok di mana hal  ini  terlihat  pada  bentuk  kepemimpinan,  tugas  pimpinan, sistem kepemimpinan dan sebagainya.
5.        Perkembangan kelompok
Perkembangan  kelompok  dapat  pula  menentukan  kehidupan kelompok selanjutnya dan hal tersebut terlihat pada perubahan dalam kelompok, rasa senang  anggota  jika  tetap  berada  di  dalam kelompok,  perpecahan  dalam kelompok dan sebagainya.
Analisis   dinamika   kelompok   berdasarkan   pendekatan   psikososial dimaksudkan untuk mengkaji segala sesuatu yang berpengaruh terhadap perilaku anggota  kelompok  dalam  melaksanakan  kegiatan  demi  tercapainya  tujuan bersama (tujuan kelompok). Analisis dinamika kelompok berdasarkan pendekatan psikososial menurut Mardikanto (1993 ; 199), adalah sebagai berikut :
1.        Tujuan kelompok (group goal)
adalah  sebagai  hasil  akhir  atau  keadaan  yang  diinginkan  oleh semua anggota kelompok.
2.        Struktur kelompok (group structure)
adalah suatu pola yang teratur tentang bentuk tata hubungan antara individu dalam kelompok  serta menggambarkan  kedudukan  dan  peran  anggota dalam mencapai tujuan kelompok.
3.        Fungsi tugas (task function)
adalah seperangkat tugas  yang harus dilaksanakan oleh setiap anggota kelompok sesuai dengan fungsi dan kedudukannya di dalam struktur kelompok.
4.        Pembinaan dan pemeliharaan kelompok
(group building and maintenance)
adalah upaya kelompok untuk tetap memelihara dan mengembangkan kehidupan kelompok.
5.        Kekompakan kelompok
(group cohesiveness)
adalah rasa keterikatan anggota kelompok terhadap kelompoknya.
6.        Suasana kelompok
(group atmosphere)
adalah lingkungan  fisik dan  nonfisik  yang  akan  mempengaruhi  perasaan  setiap anggota kelompok terhadap kelompoknya.
7.        Tekanan kelompok (group pressure)
adalah tekanan  atau ketegangan  dalam  kelompok  yang  menyebabkan  kelompok tersebut berusaha keras mencapai tujuan kelompok.
8.        Keefektifan kelompok
(group effectiveness)
adalah Keberhasilan kelompok  untuk  mencapai  tujuan,  yang  dapat  dilihat pada tercapainya keadaan atau perubahan  (fisik dan nonfisik) yang memuaskan anggotanya.
9.        Agenda terselubung (hidden agenda)
adalah tujuan  yang  ingin dicapai  oleh  kelompok  yang  diketahui  oleh semua anggotanya, tetapi tidak dinyatakan secara tertulis.
Prinsip-prinsip PTT
Kegiatan sekolah lapangan dalam menerapkan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) mempunyai prinsip utama sebagai berikut (Deptan, 2009: 17);
1.             Terpadu :  PTT  merupakan  suatu  pendekatan  agar  sumberdaya tanaman, tanah  dan  air  dapat  dikelola  dengan  sebaik-baiknya secara terpadu.
2.             Sinergis : PTT memanfaatkan teknologi pertanian terbaik, dengan memperhatikan   keterkaitan   yang   saling  mendukung   antar komponen teknologi.
3.             Spesifik lokasi : PTT memperhatikan kesesuaian teknologi dengan lingkungan fisik maupun sosial  budaya  dan  ekonomi  petani setempat.
4.             Partisipatif : berarti petani turut berperan serta dalam memilih dan menguji teknologi  yang  sesuai  dengan  kondisi  setempat  dan kemampuan  petani melalui  proses  pembelajaran  dalam  bentuk laboratorium lapangan.
Pelaksanaan SL-PTT
Fokus kegiatan peningkatan produktivitas tanaman pangan tahun  2009 dilaksanakan melalui pendekatan kegiatan Sekolah Lapangan PTT yang berfungsi sebagai pusat belajar pengambilan  keputusan para petani/kelompoktani, sekaligus tempa tukar menukar informasi dan pengalaman lapangan, pembinaan manajemen kelompok serta sebagai percontohan bagi kawasan lainnya.
Penentuan  Calon  Lokasi  dan 
Calon  Petani/ Kelompoktani SL-PTT
Pemilihan  penempatan lokasi SL-PTT  dengan  prioritas  luasan  areal memenuhi syarat, produktivitasnya masih berpotensi untuk ditingkatkan dan petaninya responsif terhadap teknologi. Pemilihan  letak  petak  LL  yang berada  di dalam  areal  SL-PTT  terpilih dengan  prioritas  pertimbangan  terletak di bagian  pinggir  areal  SL-PTT sehingga  berbatasan  langsung  dengan  areal di luar  SL-PTT  diharapkan penerapan teknologi SL-PTT mudah dilihat dan ditiru oleh petani diluar SL-PTT (Deptan, 2009; 28).

1.        Penentuan Calon Lokasi
Dalam penetapan lokasi SL-PTT padi sawah ada beberapa ketentuan yang harus di perhatikan yaitu ; a) Lokasi dapat berupa persawahan yang beririgasi, sawah tadah hujan, lahan kering dan pasang surut yang produksinya masih dapat ditingkatkan, b) diprioritaskan bukan daerah endemis hama dan  penyakit, bebas dari bencana kekeringan, kebanjiran dan sengketa, c) Unit  SL-PTT,  diusahakan  agar  berada dalam satu  hamparan  yang strategis  dan  mudah  dijangkau petani serta dipasang papan pelaksanaan SL/LL, d) Letak lokasi Laboratorium Lapangan (LL) seluas minimal satu ha, di tempat yang sering dilewati petani sehingga mudah dijangkau dan dilihat oleh petani sekitarnya.
2.        Penentuan Calon Petani atau
Kelompoktani SL-PTT
Adapun  dalam menetapkan petani atau kelompoktani pelaksana kegiatan SL-PTT padi sawah adalah sebagai berikut; a) Kelompoktani/petani  yang dinamis dan bertempat  tinggal dalam satu wilayah yang berdekatan, b) Petani yang dipilih adalah petani aktif yang memiliki lahan ataupun penggarap/penyewa dan  mau menerima teknologi baru, c) Bersedia mengikuti seluruh rangkaian kegiatan SL-PTT, d) Kelompoktani SL-PTT ditetapkan dengan Surat  Keputusan Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan yang membidangi tanaman pangan Kabupaten/Kota.
Kerangka Pikir
Tumbuh dan berkembangnya kelompok-kelompok dalam masyarakat, umumnya didasarkan atas adanya kepentingan dan tujuan bersama sedangkan kekompakan kelompok tersebut tergantung pada faktor pengikat yang dapat menciptakan keakraban individu-individu yang menjadi anggota kelompok (lampiran 1 Permentan No 273/Kpts/Ot.160/4/2007).
Dalam kelompoktani setiap anggota akan berintegrasi, bekerja sama dan mencapai tujuan bersama yang diinginkan. Pada hakikatnya adanya tujuan (kepentingan yang sama) inilah yang mengikat seluruh anggota kelompoktani menjadi suatu kesatuan dan akan menyebabkan kelompok menjadi dinamis dan fungsional (premis major), sedangkan pada kegiatan SL-PTT padi sawah yang dilaksanakan di kelompoktani Desa Bandungbaru Kecamatan Adiluwih, unsur pengikat kelompok seperti; kepentingan yang sama, kawasan usaha yang menjadi tanggung jawab bersama, tidak terpenuhi sehingga pada pelaksanaan kegiatan terjadi rendahnya tingkat kehadiran dalam pertemuan kelompok. Keadaan tersebut berakibat terjadinya ke tidak sesuaian antara perencanaan dengan pelaksanaan maka kegiatan pengkajian ini menduga bahwa unsur pengikat kelompok menentukan kedinamisan kelompoktani dalam SL-PTT padi sawah (premis minor).
Kajian ini ingin melihat unsur pengikat kelompoktani sebagai  penentu kedinamisan kelompoktani dalam SL-PTT padi sawah Desa Bandungbaru Kecamatan Adiluwih Kabupaten Pringsewu, Lampung. Adapun kerangka pemikiran dalam kajian tersebut dapat dilihat pada gambar 1.

UNSUR PENGIKAT  KELOMPOK TANI  (X):
 
DINAMIKA KELOMPOK
 
 







Gambar 1.  Kerangka Pikir
Hipotesis
Ho =  Tidak Terdapat hubungan antara kepentingan, kawasan usaha, kader tani, kegiatan dan dorongan/motivasi tokoh masyarakat dengan kedinamisan kelompok tani SL-PTT padi sawah.
H1 =  Terdapat hubungan antara kepentingan, kawasan usaha, kader tani, kegiatan dan dorongan/motivasi tokoh masyarakat dengan kedinamisan kelompok tani SL-PTT padi sawah.
III. METODE
Tempat dan Waktu Penelitian.
Lokasi penelitian bertempat di Desa Bandungbaru Kecamatan Adiluwih Kabupaten Pringsewu propinsi Lampung. Penentuan lokasi di dasari atas tempat tugas di mana peneliti bekerja sebagai Penyuluh Pertanian Lapangan dengan pertimbangan bahwa lokasi tersebut mempunyai potensi padi sawah yang paling luas di antara desa yang ada di Kecamatan Adiluwih Kabupaten Pringsewu.
Waktu pelaksanaan pengkajian di mulai tanggal 24 Oktober sampai dengan 22 Desember tahun 2011.
Populasi dan sampel
Populasi sejumlah 275 orang dari 5 kelompoktani diambil sampel secara sengaja (purposive sampling), yaitu sampel yang diambil adalah petani responden yang tempat tinggalnya berdekatan dengan pengurus kelompok.  Setiap kelompok diambil sampel 3 orang pengurus dan 3 orang anggota jumlah 6 orang sehingga jumlah   sampel seluruhnya 30 orang.
Data dan Pengumpulan Data
1.        Data
Data yang diambil adalah data nominal dan ordinal, data nominal berupa data keterangan identitas responden, sedang data  ordinal berupa hasil wawancara melalui lembar kuesioner.
2.        Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara pada responden dengan menggunakan kuesioner yang telah disiapkan. Untuk mendukung data yang diperoleh langsung dari responden (primer), dilakukan pendalaman data skunder dari laporan dan dokumentasi yang tersedia di instansi setempat (Kantor desa atau Kantor kecamatan).
Variable, Indikator dan Parameter
Lihat Tabel 1 (lampiran)
Berdasarkan kerangka pikir dalam kajian ini maka variabel yang akan di kaji adalah unsur pengikat kelompok dalam menentukan kedinamisan kelompok SL-PTT, sebagaimana terlihat lampiran 12
Uji Instrumen
1.        Validitas Instrumen.
Suatu instrumen pengukuran dikatakan valid jika instrumen dapat mengukur sesuatu dengan tepat apa yang hendak di ukur.  Menurut Arikunto dalam  Sambas dan Abdurrahman M ( 2007 : 30 ) ada dua jenis validitas untuk instrumen penelitian yaitu, validitas logis (logical validity) dan validitas empirik (empirical validity). Validitas logis adalah validitas yang dinyatakan berdasarkan hasil penalaran yang artinya instrumen untuk mengukur sebuah variabel di susun berdasarkan dimensi/indikator yang membentuk variabel tersebut. validitas empirik yaitu validitas yang di ukur berdasarkan pengalaman, dan untuk mengetahui validitasnya di ukur dengan formula tertentu yang salah satunya koefisien korelasi Products momen dari Karl Pearson. Instrumen pengukuran  disusun berdasarkan indikator dari  variabel Unsur Pengikat dan variabel Dinamika Kelompok.
2.        Reliabilitas Instrumen.
Reliabilitas merupakan derajat ketepatan, ketelitian atau keakuratan yang ditunjukkan oleh instrumen pengukuran, dalam kajian ini perhitungannya  menggunakan program SPSS versi 18. Penilaian cronbach’s alpha dengan kriteria sebagai berikut ;
a.    0,00   -      0,20     = kurang reliabel
b.    0,21   -      0,40     = agak reliabel
c.    0,41   -      0,60     = cukup reliabel
d.    0,61   -      0,80     = reliabel
e.    0,81   -      1,00     = sangat reliabel
Dari hasil perhitungan uji validitas  dan reliabilitas yang sudah dilakukan diperoleh semua item pada kolom Corrected Item Total Corelation tidak terdapat nilai minus (-) sehingga dinyatakan instrumen pengukuran valid. Untuk uji reliabilitas diperoleh cronbach’s alpha = 0,937  maka dikategorikan  sangat  reliabel. (data uji validitas dan reliabilitas terlampir).
Analisis Data
Menurut Sambas dan Abdurahman (2007 : 52), analisis data adalah cara melaksanakan analisis, dengan tujuan mengolah menjadi informasi, sehingga karakteristik atau sifat-sifat datanya dapat dipahami dan bermanfaat untuk menjawab masalah-masalah yang berkaitan dengan kegiatan pengkajian. Analisis pada pengkajian ini menggunakan analisis deskriptif dan analisis inferensial dengan   menggunakan koefisien korelasi Spearman (Spearman’s Coefficient of (Rank) Correlation).
Unsur Pengikat Kelompok dan dinamika kelompok di bagi menjadi 4 kategori, untuk kategori unsur pengikat yaitu sangat kuat, cukup kuat, kurang kuat dan tidak kuat sedangkan untuk dinamika kelompok yaitu sangat dinamis, cukup dinamis, kurang dinamis dan tidak dinamis. Kategori pengukurannya dengan menggunakan rumus lebar interval kelas yaitu :
Kelas kategori =
Untuk mengetahui bagaimana hubungan unsur pengikat kelompoktani terhadap unsur - unsur dinamika kelompoktani SL-PTT padi sawah pengolahan data dilakukan analisis Korelasi Spearman menggunakan bantuan software SPSS Version 18 untuk mempercepat dan akurasi pengolahan data. 
Untuk memudahkan melakukan interpretasi mengenai kekuatan hubungan antara dua variabel dengan  kriteria sebagai berikut (Sarwono:2006):
1.        0        :           Tidak ada korelasi
2.        >0 – 0,25      : Korelasi sangat lemah
3.        >0,25 – 0,5   : Korelasi cukup
4.        >0,5 – 0,75   : Korelasi kuat
5.        >0,75 – 0,99 : Korelasi sangat kuat
Definisi Operasional
Definisi operasional dalam pengkajian ini adalah sebagai berikut :
1.        Kelompoktani adalah kelompoktani pelaksana SL-PTT Padi Sawah di Kecamatan Adiluwih.
2.        Umur adalah umur petani peserta dalam pelaksanaan Kegiatan SL-PTT Padi Sawah di kecamatan Adiluwih.
3.        Luas Kepemilikan adalah luas garapan petani pelaksana SL-PTT  di Kecamatan Adiluwih baik pemilik penggarap, maupun penggarap atau penyewa.
4.        Tingkat Pendidikan, adalah tingkat pendidikan petani peserta kegiatan SL-PTT Padi Sawah di Kecamatan Adiluwih.
5.        Jabatan adalah jabatan petani dalam struktur organisasi  kelompoktani pelaksana kegiatan SL-PTT Padi Sawah di Kecamatan Adiluwih
6.      Unsur pengikat kelompoktani adalah faktor-faktor pengikat yang ada dalam kelompoktani, diantaranya : a) Adanya persamaan tujuan dan keinginan dalam berusaha tani; b) Adanya kawasan usaha tani yang saling berdekatan menjadi tanggung jawab bersama diantara para anggotanya; c) Adanya pengurus kelompoktani  yang berperan sebagai koordinator yang disenangi oleh sebagian besar anggota kelompok ; d) Adanya kegiatan yang bermanfaat untuk menjaga kawasan usahatani agar dapat menghasilkan produksi  secara optimal ; dan e) Adanya dukungan dari tokoh masyarakat setempat terhadap kegiatan SL-PTT Padi Sawah.
7.      Dinamika kelompoktani adalah seluruh kegiatan dan suasana serta keadaan yang ada di dalam kelompok maupun di luar kelompok yang menentukan perilaku anggota kelompok dan perilaku kelompoktani pelaksana SL-PTT Padi sawah di Kecamatan Adiluwih.



IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Keadaan Umum
Diketahui bahwa potensi tanaman pangan sangat di dominasi oleh tanaman Padi dan Jagung, untuk komoditas padi terbesar di Desa Bandungbaru yaitu 209 Ha atau 34,97 %, sedangkan untuk komoditas jagung relatif menyebar  di seluruh desa dan yang paling besar di Desa Adiluwih yaitu 520 Ha atau 24,95 % dan untuk yang paling rendah potensi jagung Desa Sinarwaya yaitu 50 Ha atau 2,39 %.
Karakteristik Responden
Data karakteristik responden merupakan data primer yang diperoleh melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner sebagai instrumen pengukuran, berikut hasil analisis karakteristik responden (Lihat Tabel 2) (lampiran)
1.        Umur responden.
Penduduk diklasifikasikan menjadi usia belum  produktif (0-14 tahun), penduduk usia produktif (15-64 tahun) dan penduduk usia non Produktif (>64 tahun). Penelitian terbaru menyebutkan seseorang berhenti menjadi muda di usia 35 tahun dan mulai masuk kategori tua saat usia 58 tahun. Seperti dilansir Telegraph, Kamis (18/3/2010) orang di atas 35 tahun hingga 58 tahun atau sepanjang rentang 23 tahun dimasukkan dalam kategori usia pertengahan (middle age) atau paruh baya. (Irna ; http://www.). Dalam pengkajian ini umur produktif dibagi dalam 3 kategori yaitu muda (< 35 tahun), tengah baya (>35-58Tahun) dan tua (>58 - 64 Tahun)
Berdasarkan tabel 4.6 Umur responden sebagian besar masuk dalam kategori produktif paruh baya (middle age)  (35-58 tahun) yaitu 63,3%, sedangkan usia produktif tua (>58-64 Tahun) jumlah 3 atau 10 % dan usia produktif muda < 35 tahun hanya 26,7%.
Usaha tani lahan sawah berbeda dengan usaha tani tanaman yang lain, pencurahan waktu tenaga dan pikiran sangatlah diperlukan, Hal ini menjadi salah satu penyebab petani yang sudah memasuki usia tua (>58-64) menyerahkan garapan sawahnya kepada anak, menantu atau orang lain yang dalam pengkajian ini terdapat 3 orang petani.
2.        Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan responden merata mulai dari SD (30%), SLTP (33,3%) dan SLTA (30%) sedangkan untuk lulusan perguruan tinggi sangat kecil yaitu 6,7%, Hal  tersebut dapat diartikan bahwa petani di kecamatan   Adiluwih sedikit sekali yang berpendidikan sarjana.
Rendahnya tingkat pendidikan identik dengan kebodohan dan keterbelakangan, paling tidak  ada tiga faktor penciri dasar apakah petani sudah merdeka atau menderita yaitu ; tingkat pendidikan, ekonomi dan kemandirian (Kompas com. 18 Agustus 2010).
3.        Status Kepemilikan Lahan
Kepemilikan lahan usaha pada responden hanya ada pemilik (63,3%) dan penggarap (36,7%). Program kegiatan SL-PTT Padi Sawah diikuti petani pemilik dan penggarap sehingga buruh tani tidak banyak terlibat dalam kegiatan SL-PTT.
Peserta SL-PTT wajib mengikuti tahap pertanaman dan mengaplikasikan kombinasi komponen teknologi yang sesuai spesifik lokasi mulai dari pengolahan tanah, budi daya, penanganan panen dan pasca panen (Pedoman SLPTT 2009). Kaitan dengan perihal di atas maka buruh tani tidak terlibat dalam kegiatan SL-PTT di kecamatan Adiluwih.
4.        Jabatan Dalam Kelompok
Dari Tabel 8 dapat dilihat responden dalam pengkajian ini yang menjadi anggota  Kelompoktani berjumlah 15 orang 50 % dan yang menjadi pengurus berjumlah 15 orang atau 50 %, yang dapat diartikan bahwa kegiatan SL-PTT di kecamatan Adiluwih juga diikuti pengurus kelompok.
Dalam kegiatan SL-PTT jabatan ketua sebagai koordinator dan sekretaris bertugas sebagai pencatat kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan pada setiap pertemuan dan seorang bendahara yang bertugas mengurusi masalah yang berhubungan dengan keuangan, yang harus dibentuk pada tiap unit SL-PTT (Pedoman SL-PTT 2009)
5.        Luas Garapan
Dari Tabel 8 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki luas garapan antara 0,25 – 0,50 Ha yaitu berjumlah 25 orang atau 83, 3 %. Sedangkan yang memiliki luas di atas 0,50 - 1 Ha  1 orang dan lebih dari 1 Ha berjumlah 1 orang atau masing-masing 3,3%.
Luas garapan berpengaruh terhadap tingkat pendapatan petani sehingga secara ekonomi petani yang hidup secara subsistem dengan rata-rata luas kepemilikan lahan kurang dari 0,50 ha dan pendapatan Rp 16 juta/hektar/tahun, Harga komoditas yang sebagian besar diserahkan kepada mekanisme pasar (kecuali beras) menjadikan petani sulit dan terjepit (kompas.com. 18 Agustus 2010).
SL-PTT merupakan Sekolah Lapangan bagi petani dalam menerapkan berbagai teknologi usaha tani melalui penggunaan input produksi yang efisien menurut spesifik lokasi sehingga mampu menghasilkan produktivitas tinggi untuk menunjang produksi secara berkelanjutan. Peningkatan produksi padi diharapkan juga diikuti peningkatan pendapatan petani yang pada akhirnya kesejahteraannya juga meningkat.
Unsur Pengikat yang
Dominan/Berpengaruh
Diketahui bahwa unsur `kepentingan Kelompoktani pelaksana SL-PTT Padi Sawah di Kecamatan Adiluwih masuk kategori Cukup kuat terlihat 26 orang atau 86,7 % petani anggotanya menyatakan mempunyai jenis usaha tani yang sama yaitu usaha tani Padi Sawah dan cenderung selalu sama dengan jenis usaha tani yang diusahakan sebagian besar anggota kelompok. Lihat tabel 3 (lampiran)
Diketahui bahwa Kawasan usaha kelompoktani pelaksana SL-PTT Padi Sawah di Kecamatan Adiluwih masuk kategori Cukup kuat terlihat sebanyak 19 orang responden atau 63 %, menyatakan bahwa sebagian besar lokasi usaha responden berdekatan dengan lokasi laboratorium lapangan yang menjadi lokasi pengamatan dan tempat belajar bagi peserta SL-PTT Padi Sawah.
Diketahui bahwa Kader Kelompoktani pelaksana SL-PTT Padi Sawah di Kecamatan Adiluwih masuk dalam kategori cukup kuat terlihat dari 19 responden atau 63,3% menyatakan bahwa Kader tani  yang dalam hal ini adalah pengurus kelompok sering dan cenderung sering sekali melakukan pengarahan.
Diketahui bahwa unsur kegiatan kelompok pelaksana SL-PTT Padi Sawah di Kecamatan Adiluwih masuk dalam kategori cukup kuat, terlihat dari  13 orang responden atau 43,3% menyatakan sering sekali dan cenderung selalu melakukan  gropyokan tikus dan perbaikan saluran drainase pada hamparan sawah. Sedangkan 56% petani menyatakan jarang melakukan kegiatan gropyokan tikus dan perbaikan saluran drainase.
Diketahui bahwa Dukungan dan motivasi tokoh kelompoktani pelaksana SL-PTT Padi Sawah di Kecamatan Adiluwih Tahun 2008 masuk dalam kategori cukup kuat dan cenderung sangat kuat terlihat dari jawaban sejumlah 20 orang responden atau 66,7 %,  menyatakan  bahwa tokoh masyarakat di Kecamatan Adiluwih mendukung program SL-PTT padi.
Kedinamisan Kelompoktani
Diketahui bahwa unsur  Tujuan kelompoktani pelaksana SL-PTT di Kecamatan Adiluwih masuk dalam kategori sangat dinamis terlihat dari jawaban responden yang memperoleh sejumlah 14 orang atau  46,6 % sangat mengetahui tujuan kelompok dan terlibat dalam merumuskan tujuan kelompok. Sedangkan ada 8 responden mengetahui tujuan kelompok namun kurang terlibat dalam merumuskan tujuan kelompok, bahkan ada 8 responden yang kurang mengetahui tujuan kelompok. Lihat Tabel 4 (lampiran)
Diketahui  bahwa Unsur Struktur kelompoktani pelaksana Sl-PTT Padi Sawah di Kecamatan Adiluwih masuk dalam kategori sangat kuat terlihat 18 responden atau 60 % memahami struktur kelompok dan dapat menilai kinerja pimpinan / ketua kelompok. Hal ini dapat diartikan bahwa anggota kelompoktani pelaksana SL-PTT Padi Sawah memahami dan mengetahui struktur kelompoktani yang berkaitan dengan tugas dan kewenangan pengurus kelompok serta  kinerja pimpinan kelompoktani.
Diketahui bahwa  unsur Fungsi Tugas kelompoktani pelaksanaan SL-PTT di Kecamatan Adiluwih dapat kategorikan  cukup dinamis dan cenderung sangat dinamis, terlihat 26 responden atau skor 86,6 % memahami tugas yang harus dikerjakan pengurus. Dari hasil jawaban responden  dapat diartikan bahwa kelompoktani pelaksana SL-PTT Padi Sawah di Kecamatan Adiluwih pada tahun 2008 dalam pembagian tugas cukup jelas dan sesuai dengan kemampuan masing-masing jabatan dalam struktur.
Diketahui bahwa unsur pembinaan di kelompoktani pelaksana SL-PTT Padi Sawah di Kecamatan Adiluwih cukup dinamis, terlihat dari 14 responden atau 46,6 % selalu mengikuti kegiatan SL-PTT Padi Sawah. Namun ada 16 responden yang kurang mengikuti kegiatan SL-PTT Padi Sawah . Hal ini  dapat diartikan bahwa ada sebagian anggota selalu mengikuti kegiatan  SL-PTT Padi Sawah yang dilakukan secara rutin serta ditunjang dengan fasilitas yang tersedia di kelompoktani seperti tempat pertemuan dan alat peraga dalam kegiatan SL-PTT, namun masih perlu ditingkatkan masih ada 53,4% yang kurang mengikuti kegiatan.
Diketahui bahwa kekompakan dalam kelompoktani pelaksana SL-PTT Padi Sawah di Kecamatan Adiluwih cukup dinamis dan cenderung sangat dinamis. 17 orang responden atau 56,7 %,  mengatakan sering bekerja sama dan ada 9 orang atau 30 %  mengatakan selalu bekerja sama. Hal ini dapat diartikan bahwa kelompoktani pelaksana SL-PTT Padi Sawah di Kecamatan Adiluwih sebagian besar anggotanya  sering bekerja sama dalam melaksanakan setiap kegiatan kelompok  dan sebagian besar anggota menyatakan bahwa pimpinan kelompoktani sangat baik  dalam menjaga kekompakan kelompok.
Diketahui bahwa suasana kelompok pada kelompok SL-PTT Padi Sawah di Kecamatan Adiluwih masuk dalam kategori cukup dinamis, yang  dapat diartikan bahwa anggota kelompok sering berhubungan ada 21 responden dengan 9 responden  mengatakan selalu berhubungan dengan  anggota yang lain maupun dengan pengurus atau pimpinan kelompok baik pada saat pertemuan kelompok maupun di luar pertemuan kelompok.
diketahui bahwa Unsur Tekanan kelompok 26 responden atau 86,7 menyatakan ada pemberian sanksi bagi yang melanggar peraturan dan sebagian besar anggota mempunyai kesadaran untuk menaati peraturan sehingga masuk dalam kategori sangat dinamis.
Diketahui bahwa  efektivitas kelompok pada kelompoktani SL-PTT Padi Sawah di Kecamatan Adiluwih masuk kategori cukup dinamis terlihat dari 26 responden atau 86,7 % menyatakan puas terhadap apa yang sudah diraih oleh kelompok.
Diketahui bahwa agenda terselubung kelompok pada kelompoktani SL-PTT Padi Sawah masuk kategori sangat dinamis terlihat dari 12 responden atau 40 % menyatakan  tetap bersemangat meskipun tujuan pribadi belum tercapai. Sedangkan ada 10 responden atau 33,3 % menyatakan ingin keluar dari kelompok bila tujuan pribadi tidak tercapai.
Hubungan Unsur Pengikat Kelompoktani dengan
Dinamika Kelompok
1.        Hubungan unsur Pengikat
Kelompoktani dengan
Tujuan Kelompok
Tujuan kelompok merupakan hasil akhir atau keadaan yang di inginkan oleh semua anggota kelompok, kesamaan tujuan dari masing-masing anggota kelompok yang disepakati menjadi tujuan kelompok dipengaruhi oleh keinginan atau kepentingan yang sama dari masing-masing anggota kelompok, seperti yang terjadi pada kelompoktani pelaksana SL-PTT Padi Sawah di Kecamatan Adiluwih tahun 2008 dapat dilihat pada tabel berikut 5 (lampiran)
Berdasarkan Tabel 5  maka dapat diketahui bahwa unsur kawasan usaha mempunyai hubungan yang kuat dengan tujuan kelompok yaitu 0,652 yang dapat diartikan bahwa semakin dekat lokasi lahan usaha tani Padi Sawah petani dengan lokasi Laboratorium Lapangan (LL) pada kegiatan SL-PTT Padi Sawah maka semakin sesuai tujuan masing-masing anggota dengan tujuan  yang ingin dicapai oleh kelompok.
Pada unsur kepentingan yang sama mempunyai hubungan yang kuat yaitu 0,601 yang dapat diartikan bahwa semakin sama jenis usaha yang diusahakan oleh anggota kelompoktani  maka petani semakin ikut dilibatkan  dalam merumuskan tujuan kelompok dan semakin sesuai pula antara tujuan anggota dengan tujuan kelompok.
Pada kader tani terdapat hubungan kuat yaitu 0,519 yang dapat diartikan bahwa semakin sering pengarahan yang dilakukan oleh pengurus kelompok maka anggota semakin sering terlibat dalam merumuskan tujuan kelompok.
Pada kegiatan yang bermanfaat mempunyai hubungan dengan tingkat signifikan yang sangat lemah yaitu 0,180 yang dapat diartikan bahwa ada tidaknya kegiatan bersama yang dilakukan oleh anggota kelompok tidak mempengaruhi tujuan yang ingin dicapai oleh kelompok.
Pada Motivasi dan dorongan tokoh masyarakat yang mempunyai hubungan dengan tingkat  signifikan sangat lemah yaitu 0,177  yang dapat diartikan bahwa tujuan yang ingin dicapai kelompok bukan merupakan anjuran atau keinginan dari tokoh masyarakat tersebut tapi merupakan keinginan masing-masing anggota, sedangkan adanya dukungan tokoh masyarakat merupakan dorongan semangat bagi kelompok untuk mencapai tujuan.
Hal ini terjadi disebabkan terbentuknya kelompoktani yang ada di Kecamatan Adiluwih dilandasi adanya kesamaan kepentingan dan sebagian besar mempunyai kawasan usaha yang menjadi tanggung jawab bersama serta kader yang diterima oleh sebagian besar anggotanya.
Seperti menurut Departemen Pertanian (2007), Kelompoktani adalah kumpulan petani/peternak/pekebun yang dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan (sosial, ekonomi, sumber daya) dan keakraban untuk meningkatkan dan mengembangkan anggota/petani dalam mengembangkan usahanya.
2.        Hubungan Unsur Pengikat
Kelompoktani dengan
Struktur Kelompok
Struktur Kelompok adalah suatu pola yang teratur tentang bentuk tata hubungan antara individu dalam kelompok  serta  menggambarkan  kedudukan  dan  peran  anggota dalam mencapai tujuan kelompok. Pada  pengkajian ini diukur melalui pemahaman anggota kelompok terhadap tugas dan wewenang pengurus kelompok serta tanggapan anggota terhadap sikap pimpinan kelompok. Hubungan antara unsur pengikat dengan struktur kelompok dapat dilihat pada tabel berikut :
Berdasarkan Tabel 5 terlihat hubungan antara kepentingan yang sama mempunyai hubungan dengan struktur kelompok dengan tingkat  signifikan yang kuat/tinggi yaitu 0.722 yang dapat di artikan semakin sama jenis usaha yang diusahakan kelompok maka pengurus semakin memahami tugas dan wewenangnya, kesamaan kepentingan berakibat adanya kesamaan pada persoalan yang dihadapi sehingga mengarah pada pertemuan untuk membahas permasalahan. Seringnya pertemuan menciptakan suasana yang saling terbuka sehingga pengurus lebih mudah untuk menjalankan aturan dengan tegas.
Hubungan antara kawasan usahatani dengan struktur kelompok mempunyai hubungan yang kuat yaitu 0,594 yang dapat diartikan bahwa semakin dekatnya lokasi usaha tani dengan lokasi laboratorium lapangan (LL) atau dapat diartikan masih dalam satu hamparan wilayah usaha maka pengurus semakin memahami apa yang harus dikerjakan. Dengan berkumpulnya lokasi usaha dengan jenis usaha  yang sama sehingga memudahkan pengurus menyikapi semua persoalan yang timbul untuk segera diambil tindakan.
Hubungan motivasi dan dorongan dari tokoh masyarakat dengan struktur kelompok kuat yaitu 0,524 yang dapat diartikan bahwa dukungan dari tokoh masyarakat terhadap sebuah kegiatan kelompok menjadikan pengurus kelompok tidak ragu-ragu dalam menjalankan aturan yang ada, sehingga dapat bersifat tegas bijaksana dan mau menerima kritik serta saran.
Hubungan kader tani dengan struktur kelompok cukup signifikan yaitu 0,425 yang dapat diartikan bahwa seringnya  pengurus melakukan  pengarahan yang menyebabkan pengurus semakin memahami tugas dan kewenangannya. Pemahaman akan tugas dan kewenangan inilah yang menjadikan pengurus dapat bersifat tegas serta mau menerima kritik /saran.
Hubungan kegiatan yang bermanfaat dengan struktur kelompok mempunyai tingkat signifikan yang sangat lemah yaitu 0,120 yang dapat diartikan bahwa kegiatan yang dilakukan bersama oleh anggota kelompoktani tidak/kurang mengakibatkan berubahnya sikap dan perilaku pengurus. Kegiatan bersama yang dilakukan oleh kelompoktani Kecamatan Adiluwih penggeraknya adalah tokoh masyarakat (Rt/Rw), sehingga peranan pola hubungan yang ada pada kelompok tani dapat ikut berperan bila yang menjadi pengurus kelompok juga sebagai Ketua Rt/Rw.

3.        Hubungan unsur pengikat
Kelompoktani dengan
Fungsi tugas Kelompok
Fungsi tugas yaitu seperangkat tugas yang harus dilaksanakan oleh setiap anggota kelompok sesuai dengan fungsi dan kedudukannya dalam struktur kelompok. Diukur melalui pembagian tugas dalam kelompok, pemenuhan kebutuhan anggota dalam usaha ani Padi Sawah, penyebaran informasi teknologi, aktivitas penyampaian gagasan dan koordinasi dalam kelompok.
Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui bahwa Hubungan adanya motivasi dan dorongan dari tokoh masyarakat yang dalam pengkajian mempunyai hubungan yang sangat kuat/tinggi yaitu 0,828 dengan fungsi tugas, yang dapat diartikan bahwa semakin mendapat dukungan dari tokoh masyarakat maka anggota kelompoktani dan pengurus  semakin mampu menjalankan fungsi tugas kelompok dalam penyebaran informasi kepada petani anggotanya, koordinasi di tingkat kelompok yang berkaitan dengan permasalahan kelompoktani.
Hubungan kepentingan yang sama mempunyai tingkat signifikan yang kuat atau tinggi dengan fungsi tugas, yaitu 0,711 yang dapat diartikan bahwa semakin sama jenis usaha maka  mengakibatkan intensitas pertemuan meningkat sehingga banyak informasi yang dapat disebarkan melalui kelompok yang pada akhirnya anggota kelompok merasa puas karena permasalahan yang berkaitan dengan kelompok semakin mudah dikoordinasikan.
Hubungan kawasan usaha dengan fungsi tugas tingkat signifikannya rendah atau lemah yaitu 0,192 yang dapat diartikan bahwa penyebaran informasi kepada petani dan koordinasi pemecahan masalahnya lebih terfokus pada kawasan domisili, meskipun yang menjadi topik permasalahan adalah kawasan usaha yang berdekatan tapi yang terlibat adalah seluruh anggota kelompok.
Hubungan kegiatan yang bermanfaat mempunyai hubungan negatif dengan fungsi tugas sangat rendah/lemah yaitu -0,059 atau hubungannya terbalik yang lemah/rendah yang dapat diartikan bahwa adanya kegiatan bersama seperti gropyokan tikus dan perbaikan saluran drainase membuat anggota tidak merasa puas terhadap fungsi kelompok mengingat kegiatan tersebut di atas tidak mewakili kebutuhan seluruh anggota kelompokkan.
4.        Hubungan Unsur Pengikat
Kelompoktani dengan
Pembinaan Kelompok.
Pembinaan adalah upaya kelompok untuk tetap memelihara dan mengembangkan kehidupan kelompok atau upaya kelompok untuk berusaha memelihara tata kerja dalam kelompok, mengatur, memperkuat dan mengekalkan kelompok, pada pengkajian ini di ukur melalui keadaan kegiatan SL-PTT yang pernah dilakukan yang diantaranya, rutinitas pertemuan, keaktifan peserta dan tersedianya fasilitas.
Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui hubungan antara unsur pengikat kelompoktani dengan Pembinaan. Unsur kepentingan yang sama mempunyai hubungan yang kuat yaitu 0,601 dengan pembinaan yang dapat diartikan bahwa jenis usaha tani yang sama berdampak pada  permasalahan yang sama pula sehingga mendorong untuk dilaksanakan pertemuan secara rutin yang menjadi kebutuhan petani sebagai sarana belajar dengan fasilitas yang lengkap.
Hubungan kawasan usaha dengan pembinaan kelompok cukup signifikan yaitu 0,454 yang dapat diartikan bahwa kedekatan lahan usahatani satu sama lain yang mempunyai kesamaan agroklimat yang harus dijaga kesesuaiannya untuk mendukung usahatani, mendorong untuk dilakukan pembahasan pada setiap persoalan yang muncul.
Hubungan motivasi dan dorongan dari tokoh masyarakat dengan pembinaan kelompok mempunyai tingkat hubungan yang cukup signifikan yaitu 0,414 yang dapat diartikan bahwa dukungan tokoh masyarakat di Kecamatan Adiluwih terhadap program kegiatan SL-PTT memudahkan untuk menggunakan  fasilitas umum dalam kegiatan belajar.
Hubungan kader tani dengan pembinaan terlihat sangat rendah/lemah yaitu 0,236 yang dapat diartikan bahwa rutinitas pertemuan dalam kegiatan SL-PTT tidak mutlak disebabkan oleh pengurus kelompoktani, akan tetapi juga didorong adanya program kegiatan SL-PTT dan pendampingan oleh Penyuluh Pertanian dan Petugas Pengamat Hama.
Hubungan kegiatan yang bermanfaat dengan pembinaan kelompok hubungan yang sangat lemah/rendah yaitu 0,180 dan ini dapat diartikan gerakan massal petani kurang memotivasi petani untuk selalu hadir pada pertemuan Sekolah lapang.
Pelaksanaan kegiatan SL-PTT Padi Sawah di Kecamatan Adiluwih tidak mengadakan kegiatan gropyokan dan perbaikan saluran drainase, mengingat pelaksanaan pada saat musim hujan kedua sehingga tidak terdapat permasalahan yang menyangkut kondisi kelebihan air/kebanjiran, serta kurang tepat untuk dilakukan gropyokan tikus.
5.        Hubungan Unsur Pengikat
Kelompoktani dengan
Kekompakan Kelompok
Kekompakan yang diartikan sebagai rasa keterikatan anggota kelompok terhadap kelompoknya yang pada kajian ini di ukur melalui bagaimana pimpinan dapat menjaga kekompakan dan bagaimana kerja sama diantara anggota kelompok dilakukan.
Unsur kader tani mempunyai hubungan dengan kekompakan cukup signifikan yaitu 0,462 yang dapat diartikan bahwa kader tani yang diterima sebagian besar anggota dapat menciptakan dan menjaga kekompakan dalam kelompok sehingga kerja sama antar anggota akan selalu dilakukan.
Hubungan kawasan usaha dengan kekompakan tingkat korelasi cukup signifikan yaitu 0,352 yang dapat diartikan lokasi usaha satu hamparan dalam kelompoktani ikut mendorong dilakukannya kerja sama dan memudahkan pimpinan kelompoktani untuk menciptakan dan menjaga kekompakan  kelompok.
Hubungan kegiatan yang bermanfaat dengan kekompakan sangat rendah/lemah yaitu 0,152 yang dapat diartikan bahwa gerakan massal yang terjadi bukan merupakan upaya pengurus kelompok saja, melainkan jabatan struktur Desa ( Rt, Rw, atau kepala desa) ikut berperan.
Kepentingan yang sama mempunyai hubungan sangat lemah /rendah dengan kekompakan yaitu 0,131 dapat diartikan bahwa terciptanya kekompakan yang ada di kelompoktani  tidak terjadi secara tiba-tiba, melainkan harus ada motivator sebagai penggerak untuk selalu bekerja sama meskipun anggota petani mempunyai kepentingan yang sama.
6.        Hubungan Unsur Pengikat
Kelompoktani dengan
Suasana Kelompok
Suasana yaitu lingkungan fisik dan non fisik (emosional) yang akan mempengaruhi perasaan setiap anggota kelompok terhadap kelompoknya yang dalam hal ini diukur melalui hubungan anggota dengan pimpinan dan bagaimana hubungan antar anggota yang terjalin.
Hubungan kepentingan yang sama dengan suasana kelompok cukup signifikan yaitu 0,611 yang dapat diartikan bahwa jenis usaha yang sama cukup mendorong terjadinya interaksi hubungan antar pimpinan dengan anggota maupun anggota dengan anggota. Kelompoktani di Kecamatan Adiluwih dibentuk atas dasar domisili sehingga komunikasi antar anggota kelompok, atau di luar kelompok sangat mudah terjadi. Kesamaan kepentingan yang dirasakan oleh petani menciptakan terjadinya komunikasi  petani yang saling terbuka.
Hubungan motivasi dan dorongan tokoh masyarakat dengan suasana kelompok kuat yaitu 0,598 yang dapat diartikan bahwa dukungan tokoh masyarakat Kecamatan Adiluwih ikut menentukan  suasana di dalam kelompoktani. Dukungan dan dorongan oleh tokoh masyarakat menjadi pengesahan suatu kegiatan yang ada di kelompoktani. Sehingga petani merasa yakin dan percaya untuk melakukan kegiatan yang diselenggarakan dalam kegiatan SL-PTT.
Hubungan kader tani dengan suasana kelompok mempunyai tingkat cukup signifikan yaitu 0,431 yang dapat diartikan pengurus kelompoktani yang diterima sebagian anggota menciptakan suasana yang akrab dan terbuka, persoalan akan segara diselesaikan dalam setiap pertemuan sehingga tidak ada perasaan saling curiga.
Kegiatan yang bermanfaat mempunyai hubungan dengan suasana kelompok yang negatif sangat lemah atau rendah yaitu -0,183 yang dapat diartikan bahwa kegiatan bersama pada lokasi hamparan justru anggota cenderung tidak akrab, hal ini disebabkan lokasi kegiatan gropyokan dan perbaikan saluran tidak mewakili semua anggota mengingat kelompoktani Kecamatan Adiluwih dibentuk atas dasar domisili bukan hamparan.
Sementara pada unsur kawasan usaha mempunyai hubungan yang sangat rendah/lemah dengan tingkat komunikasi anggota kelompok yaitu 0,004. Terjadinya hubungan antar petani lebih sering terjadi di lingkungan  tempat tinggal bukan di lahan petani mengingat pembentukan kelompok didasari lokasi tempat tinggal /Domisili.
7.        Hubungan Unsur Pengikat 
Kelompoktani dengan
Tekanan Kelompok
Tekanan atau ketegangan dalam kelompok yang menyebabkan kelompok tersebut berusaha keras untuk mencapai tujuan kelompok, yang dalam pengkajian ini di ukur melalui keadaan bagaimana anggota kelompoktani menaati peraturan dan apa motivasinya, serta alasan apa mengikuti kegiatan SL-PTT Padi Sawah.
Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui hubungan antara unsur pengikat dengan tekanan kelompok. Untuk kepentingan yang sama mempunyai hubungan dengan tekanan dengan tingkat signifikan yang tinggi/kuat yaitu 0,716 yang dapat diartikan bahwa seragamnya jenis usaha tani memotivasi  petani untuk mengikuti kegiatan SL-PTT Padi Sawah agar memperoleh informasi yang berkaitan dengan usaha taninya. Petani Kecamatan Adiluwih menyadari pentingnya berkelompok sehingga taat pada aturan yang sudah disepakati bersama.
Hubungan kawasan usaha dengan tekanan kelompok  korelasinya kuat/tinggi yaitu 0,640  yang dapat diartikan bahwa kawasan usaha tani yang saling berdekatan (hamparan) akan memotivasi petani untuk menaati peraturan yang ada dalam kelompoktani. Petani Kecamatan Adiluwih yang lokasi sawahnya berdekatan dengan lokasi laboratorium lapangan (LL) cenderung taat pada aturan yang disepakati bersama  demi  menjaga areal dari hal-hal yang tidak diinginkan seperti adanya  serangan hama dan penyakit serta serentak  menentukan jadwal tanam.
Dorongan dan motivasi tokoh dengan tekanan kelompok mempunyai hubungan yang rendah/lemah yaitu 0,327  hal ini disebabkan aturan yang ada pada kelompoktani  pada kegiatan SL-PTT Padi Sawah  ditentukan oleh peserta atau anggota kelompok sehingga dalam menaati aturan anggota mempunyai kesadaran sendiri karena untuk kepentingan bersama dalam berusaha tani, sedangkan keterkaitan tokoh hanya sebatas himbauan yang tidak mengikat pada struktur organisasi kelompok.
Kader tani mempunyai hubungan dengan tekanan kelompok sangat lemah yaitu 0,141 yang dapat diartikan bahwa petani di Kecamatan Adiluwih motivasi untuk menaati aturan dan keinginan mengikuti kelompok SL-PTT atas dasar keinginan sendiri bukan karena adanya tekanan dari pengurus kelompok
Sedangkan hubungan antara kegiatan yang bermanfaat dengan tekanan kelompok sangat lemah atau tidak signifikan yaitu 0,119 yang dapat di artikan kegiatan yang bermanfaat tidak membuat anggota kelompok menaati aturan dan berkeinginan untuk mengikuti SL-PTT.


8.        Hubungan Unsur Pengikat
Kelompoktani dengan
Efektivitas Kelompok                                   
Efektivitas kelompok yaitu keberhasilan kelompok untuk mencapai tujuannya, yang dapat dilihat pada tercapainya keadaan atau perubahan (fisik maupun non fisik) yang memuaskan anggotanya yang dalam pengkajian ini di ukur melalui sikap terhadap keberhasilan yang diraih kelompoktani.
Berdasarkan Tabel 5dapat diketahui hubungan kader tani dengan efektivitas kelompok kuat yaitu 0,61 yang dapat diartikan bahwa  pengurus semakin diterima oleh anggotanya maka anggota semakin puas terhadap keberhasilan yang dicapai kelompoktani. Pengelolaan kelompok dengan pembukuan yang terbuka menjadikan sebagian besar anggota kelompoktani merasa puas.
Hubungan dorongan dan motivasi tokoh masyarakat dengan efektivitas kuat yaitu 0,510 yang dapat diartikan bahwa dukungan dan motivasi tokoh masyarakat terhadap kegiatan kelompoktani dapat memuaskan semua pihak yang terlibat di dalamnya
Hubungan antara kepentingan bersama dengan efektivitas kelompok tingkat signifikannya lemah/rendah yaitu 0,224 yang dapat diartikan bahwa kepuasan anggota terhadap keberhasilan kelompok tidak hanya diukur dari capaian produktivitas, akan tetapi juga  keberhasilan pengurus dalam mengelola  kondisi keuangan dan administrasi kelompok. Petani merasa puas terhadap kelompok apabila kelompok dapat menyediakan kebutuhan sarana produksi secara lengkap dan tepat waktu.
Hubungan  kawasan usaha dengan efektivitas sangat lemah yaitu 0,152 yang dapat diartikan bahwa kelompoktani di Kecamatan Adiluwih dalam mengukur keberhasilan bukan dari faktor teknis saja akan tetapi faktor kepengurusan dan dukungan dari tokoh masyarakat ikut menentukan efektivitas kelompoktani.
Kegiatan yang bermanfaat  dengan efektivitas kelompok tidak ada korelasi yaitu 0,000. Seperti yang sudah disampaikan di atas tolok ukur efektivitas kelompok tani di Kecamatan Adiluwih adalah dari semua faktor yang terlibat baik intern maupun ekstern.
9.      Hubungan Unsur Pengikat
Kelompoktani dengan
Agenda Terselubung
Agenda terselubung (hidden agenda) yaitu tujuan yang ingin dicapai oleh kelompok yang diketahui oleh semua anggota tetapi tidak dinyatakan secara tertulis. Sering kali agenda terselubung justru sangat penting untuk mendinamiskan kelompok. Guna mengukur agenda terselubung yaitu dengan mengetahui adanya tujuan dari pribadi anggota yang belum tersampaikan.
Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui hubungan dorongan dan motivasi tokoh dengan agenda terselubung korelasinya kuat yaitu 0,641 yang dapat diartikan bahwa tujuan dalam pembentukan kelompoktani berangkat dari domisili petani sehingga peran tokoh masyarakat seperti Rt/Rw atau tokoh agama sangat menentukan terbentuknya sebuah kelompoktani di Kecamatan Adiluwih
Hubungan jenis usaha yang sama dengan agenda terselubung korelasinya kuat yaitu 0,584. Terbentuknya kelompoktani di Kecamatan Adiluwih juga tidak terlepas oleh adanya program-program kegiatan dari pemerintah seperti kegiatan SL-PTT Padi Sawah yang merekrut anggota kelompok yang mempunyai jenis usaha Padi Sawah.
 Hubungan kader tani dengan  agenda terselubung korelasinya cukup kuat yaitu 0,458 yang dapat diartikan bahwa masuknya anggota kelompok tani sangat ditentukan oleh sikap dan perilaku kader tani.
Hubungan kegiatan yang bermanfaat dengan agenda terselubung mempunyai hubungan berbalik (nilai negatif) yang cukup yaitu -0,389, yang dapat diartikan semakin banyak kegiatan gropyokan  dan perbaikan saluran drainase maka petani semakin enggan/ ingin keluar dari anggota kelompok. Hal ini disebabkan kegiatan bersama seperti tersebut di atas  berada pada kawasan hamparan sawah yang kepemilikannya tidak mewakili semua anggota kelompok, karena kelompok dibentuk berdasarkan domisili bukan hamparan.
Sedangkan kawasan usaha dengan agenda terselubung berbanding terbalik (nilai negatif) yaitu -0,174 (tidak signifikan/dapat diabaikan) yang dapat diartikan bahwa untuk melaksanakan kegiatan SL-PTT Padi Sawah pada satu kelompok tani sulit mendapatkan lokasi yang satu hamparan atau saling berdekatan.
Hubungan Kekuatan Unsur Pengikat Kelompok
dengan Tingkat Kedinamisan
Unsur pengikat merupakan faktor-faktor yang dapat mempersatukan kelompok yang ada dalam unsur pengikat. Unsur-unsur tersebut dapat mempengaruhi tingkat kedinamisan kelompoktani. Berikut ini hubungan antara unsur pengikat dengan dinamika kelompok :
Berdasarkan Tabel 6 dapat diketahui bahwa antar unsur pengikat kelompok ternyata mempunyai hubungan yang sangat signifikan dengan koefisien korelasi 0.905, sehingga dapat disimpulkan bahwa  semakin kuat unsur pengikat yang ada di kelompoktani Kecamatan Adiluwih  maka kelompoktani semakin dinamis. Hal ini terbukti dengan kekuatan unsur pengikat kelompok yang cukup kuat maka tingkat kedinamisan kelompoktani Kecamatan Adiluwih menjadi  cukup dinamis.
Kekuatan unsur pengikat yang menjadikan kelompoktani di Kecamatan Adiluwih menjadi dinamis sepeti dalam pengkajian ini sangat berguna bagi kelompoktani dalam menentukan dan perekrutan anggota yang menjadi wilayah kelompok, juga berguna bagi dinas pertanian untuk menentukan kegiatan SL-PTT Padi Sawah selanjutnya agar tujuan pelaksanaan sesuai dengan yang diha

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis variabel unsur pengikat dan unsur dinamika kelompok yang pengukurannya di ambil pada Kelompoktani pelaksana SL-PTT padi sawah tahun 2008 di kecamatan Adiluwih maka dapat di ambil kesimpulan sebagai berikut ;
1.        Tingkat kekuatan unsur pengikat kelompoktani pelaksana SL-PTT tahun 2008 di Kecamatan Adiluwih dalam kategori cukup kuat dan cenderung kuat dari semua responden menyatakan mempunyai jenis usaha yang sama dan cenderung selalu sama dengan yang diusahakan kelompok, mempunyai kawasan usaha yang saling berdekatan, dengan pengurus kelompok  yang diterima oleh sebagian besar anggotanya,  sering melakukan kegiatan gropyokan tikus dan perbaikan saluran drainase yang didukung oleh tokoh masyarakat.
2.        Tingkat kedinamisan Kelompoktani pelaksana SL-PTT tahun 2008 di Kecamatan Adiluwih kategori cukup dinamis sebagian besar anggota kelompoktani mengetahui dan cenderung sangat mengetahui tujuan, mempunyai pola hubungan yang jelas struktur kelompok, Sebagian besar anggota kelompok ( 86,7%) memahami fungsi tugas kelompok, anggota sering hadir dalam pertemuan (46%) dengan fasilitas tersedia cukup lengkap. Anggotanya kelompok   sering melakukan kegiatan bersama (56,7%) yang dijaga dengan baik kekompakannya oleh  pimpinan kelompok , sebagian besar anggota (70%) sering berhubungan dengan anggota dan pengurus kelompok baik dalam pertemuan kelompok maupun di luar pertemuan yang saling terbuka, anggota taat pada aturan kelompok  dan puas terhadap keberhasilan yang sudah diperoleh kelompok sehingga anggota tetap ingin berkelompok walaupun tujuan pribadinya belum tercapai.
3.        Hubungan unsur Pengikat kelompoktani pelaksana SL-PTT tahun 2008 di kecamatan Adiluwih mempunyai tingkat korelasi yang sangat kuat yaitu 0,905, kedinamisan kelompoktani SL-PTT padi sawah Kecamatan Adiluwih sangat dipengaruhi oleh kekuatan unsur pengikat yang ada dalam kelompoktani.
Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas maka di sarankan kepada  :
Kelompoktani :
1.        Pengurus kelompok agar  lebih meningkatkan kemampuan dalam menjalankan tugas yang menjadi tanggung jawab sesuai dengan fungsi tugasnya.
2.        Anggota kelompok agar lebih memahami manfaatnya berkelompoktani sehingga fungsi kelompok sebagai kelas belajar, unit produksi dan wahana kerja sama dapat tercapai
Kepada Instansi terkait (Dinas Pertanian)
1.        Pembinaan kelompoktani lebih ditingkatkan, dan difasilitasi agar petani mampu dan mandiri.
2.        Dinas pertanian lebih selektif dalam hal menentukan calon petani dan calon lokasi (CPCL) untuk setiap program SL-PTT padi sawah.
3. 
DAFTAR PUSTAKA
_________, 1996. Pembinaan Kelompoktani-Nelayan. BPSDM. Jakarta.
_________, 1996. Pembinaan Kelompoktani-Nelayan.Pusluhtan.Jakarta.
A.W.Van den Ban & H.S.Hawkins, 2005. Penyuluhan Pertanian. Kanisius Yogyakarta.
Baderel M , 2001. Dinamika Kelompok. Penerapannya dalam Laboratorium  perilaku. Universitas Sriwijaya.
BPPP, 2010, Pedoman Umum PTT Padi Sawah, Kementrian Pertanian
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan., 2009. Pedoman Pelaksanaan Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu SL-PTT Padi, Jagung dan Kedelai, Departemen Pertanian
Lukman E , 2009. Kinerja Petani Pemandu Dalam Pengembangan PHT Dan Dampaknya Pada Perilaku Petani Di Jawa Barat. Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor.
Mardikanto T, 1993. Penyuluhan Pembangunan Pertanian,. Sebelas Maret University Press, Surakarta.
Menteri Pertanian Republik Indonesia, 1992.  SK. Mentri Pertanian No.41/Kpts.OT.210/1/1992, tentang pedoman pembinaan kelompoktani-nelayan. Departemen Pertanian Jakarta
Menteri Pertanian Republik Indonesia. 2007.  Peraturan Menteri Pertanian Nomor. 273/kpts/ot.160/4/2007 Tentang Pedoman Pembinaan Kelembagaan Petani.  Departemen Pertanian. Jakarta.
Purwanto 2007, http://bghies.blogspot.com/p/Kelompoktani.html di akses pada tanggal 13 Agustus 2011 pukul 18.53.
Sambas A M, Abdurahman M, 2007, Analisis Korelasi, Regresi,dan Jalur dalam Penelitian. Pustaka Setia, Bandung.
Santoso S, 1999.Dinamika Kelompok. Bumi Aksara.  Jakarta.
Singarimbun M, Effendi S, 1989. Metode Penelitian Survai,LP3ES
Sugiyono, 2004. Statistik Non Parametris Untuk Penelitian. CV. Alfa Beta, Bandung








































Tabel 1 Variabel Indikator dan Parameter
Variabel
Sub Variabel
Indikator
Parameter
Skala pengukuran
I.     Unsur Pengikat Kelompoktani
Kepentingan yang sama
Jenis Usaha
·         Intensitas Persamaan komoditas yang di usahakan kelompok
·         Selalu sama (4)
·         Sama (3)
·         Tidak Sama (2)
·         Tidak mengusahakan (1)


Varietas yang di tanam
·         Intensitas Persamaan Varietas yang di usahakan kelompok
·         Selalu sama (4)
·         Sama (3)
·         Tidak Sama (2)
·         Tidak mengusahakan (1)

Kawasan Usaha Yang menjadi tanggung jawab bersama
Lokasi tempat usaha
·         Jarak sawah  dengan sawah yang dimiliki sebagian besar anggota
·         Sangat dekat (4)
·         Dekat (3)
·         Jauh (2)
·         Tidak punya sawah (1)

Kader Tani yang diterima sebagian besar Anggota
Pengarahan dari Pengurus  Kelompok
·         Intensitas Pengarahan dari pengurus
·         Sering sekali (4)
·         Sering (3)
·         Jarang (2)
·         Tidak pernah (1)
Sikap anggota terhadap pengurus
·         Tingkat kesukaan anggota terhadap pengurus

·         Semua anggota suka (4)
·         Sebagian besar suka (3)
·         Sebagian kecil suka (2)
·         Tidak ada yang suka (1)

Kegiatan yang bermanfaat bagi sebagian besar anggota
Pengendalian hama

·         Intensitas Kegiatan Gropyokan tikus

·         Sering sekali (4)
·         Sering (3)
·         Jarang (2)
·         Tidak pernah (1)
Sanitasi
·         Intensitas Perbaikan saluran
·         Sering sekali (4)
·         Sering (3)
·         Jarang (2)
·         Tidak pernah (1)
Penanaman
·         Jadwal Tanam

·         serempak sekali (4)
·         serempak (3)
·         tidak serempak (2)
·         tidak menanam (1)

Tokoh Masyarakat yang memberi motivasi
Dukungan /dorongan
·         Adanya tanggapan / respons dari aparat Desa terhadap Kegiatan SL-PTT
·         sangat setuju (4)
·         Setuju (3)
·         Kurang setuju (2)
·         Tidak setuju (1)
II.       Dinamika Kelompok
Tujuan Kelompok
Pengetahuan Kelompok tantang tujuan kelompok
·         Tingkat Pengetahuan Kelompok tentang tujuan Kelompok
·         Anggota mengetahui semua tujuan kelompok (4)
·         Anggota mengetahui sebagian besar tujuan kelompok (3)
·         Anggota Kelompok Mengetahui sebagian Kecil tujuan Kelompok (2)
·         Anggota tidak mengetahui tujuan Kelompok (1)


Pemahaman anggota mengenai tujuan kelompok
·         Tingkat pemahaman anggota kelompok
·         Anggota memahami semua tujuan kelompok (4)
·         Anggota memahami sebagian besar tujuan kelompok (3)
·         Anggota Kelompok Memahami sebagian Kecil tujuan Kelompok (2)
·         Anggota tidak memahami tujuan Kelompok (1)


Kesesuaian tujuan
·         Tingkat kesesuaian tujuan anggota kelompok
·         Semua tujuan kelompok sesuai dengan tujuan anggota (4)
·         Sebagian besar tujuan kelompok sesuai tujuan anggota (3)
·         Sebagian kecil tujuan kelompok sesuai dengan tujuan anggota (2)
·         Tujuan Kelompok tidak sesuai dengan tujuan anggota (1)


Keterlibatan anggota dalam merumuskan tujuan kelompok
·         Tingkat keterlibatan anggota dalam merumuskan tujuan
·         Semua anggota terlibat dalam merumuskan semua tujuan kelompok (4)
·         Anggota dilibatkan dalam merumuskan sebagian besar tujuan kelompok (3)
·         Anggota dilibatkan dalam merumuskan sebagian  kecil tujuan kelompok (2)
·         anggota tidak dilibatkan dalam merumuskan tujuan kelompok (1)

Struktur Kelompok
Pengetahuan anggota terhadap struktur organisasi dalam kelompok
·         Tingkat pengetahuan anggota terhadap struktur organisasi kelompok
·         Anggota mengetahui dengan jelas struktur organisasi dan semua pengurus klp (4)
·         Anggota mengetahui Struktur organisasi dan mengetahui sebagian besar pengurus klp (3)
·         Anggota mengetahui struktur organisasi dan mengetahui sebagian kecil pengurus klp (2).
·         Anggota tidak mengetahui struktur organisasi dan tidak tahu siapa pengurus klp (1)


Pemahaman anggota terhadap Struktur Organisasi Kelompok
·         Tingkat pemahaman anggota terhadap struktur organisasi
·         Anggota sangat  memahami struktur organisasi klp (4)
·         Anggota banyak memahami Struktur Organisasi klp (3)
·         Anggota sedikit memahami Struktur organisasi klp (2)
·         Anggota tidak mengetahui dan tidak memahami struktur klp (1)


Kesesuaian pengurus dalam  menjalankan tugas dan kewenangan nya
·         Tingkat kesesuaian pengurus dalam menjalankan tugas.
·         Semua pengurus menjalankan tugas sesuai dengan kewenangannya (4)
·         Sebagian besar pengurus menjalankan tugas sesuai dengan  kewenangannya (3)
·         Hanya sebagian kecil pengurus yang menjalankan tugas  (2)
·         Pengurus tidak menjalankan tugas (1)

Fungsi Tugas
Pembagian tugas dalam struktur organisasi
·         Tingkat Keberadaan dan kejelasan dalam pembagian tugas
·         Terdapat pembagian tugas yang jelas untuk masing-masing jabatan dalam struktur organisasi (4)
·         Ada pembagian tugas tapi kurang jelas dan masih tumpang tindih antara jabatan satu dengan lainnya.(3)
·         Ada pembagian tugas tapi tidak jelas (2)
·         Tidak ada pembagian tugas yang jelas (1)


Pemahaman tugas dalam struktur organisasi
·         Tingkat pemahaman pengurus terhadap tugasnya
·         Semua pengurus memahami tugasnya dengan baik (4)
·         Sebagian besar Pengurus memahami tugasnya dengan baik (3)
·         Sebagian kecil pengurus memahami tugasnya dengan baik (1)
·         Pengurus tidak memahami tugasnya dengan baik (1)

Pembinaan dan pemeliharaan kelompok
Turut serta dalam kegiatan kelompok terkait SL-PTT
·         Tingkat kehadiran dan aktivitas anggota dalam kegiatan SL-PTT
·         Selalu hadir dan aktif  mengikuti kegiatan SL-PTT (4)
·         Sering hadir dan aktif dalam kegiatan SL-PTT (3)
·         Jarang hadir dalam kegiatan SL-PTT (2)
·         Tidak pernah hadir dalam kegiatan SL-PTT (1)


Terdapat upaya pembinaan dan pendampingan kelompok
·         Intensits pembinaan dan pendampingan kelompok
·         Pembinaan dan pendampingan dilakukan secara rutin (4)
·         Sering dilakukan Pembinaan dan pendampingan (3)
·         Jarang dilakukan Pembinaan dan pendampingan (2)
·         Tidak pernah dilakukan Pembinaan dan pendampingan (1)


Ketersediaan fasilitas yang mendukung kegiatan kelompok
·         Jumlah fasilitas yang tersedia untuk mendukung kegiatan kelompok
·         Tempat dan fasilitas serta alat bantu dalam kegiatan kelompok tersedia secara lengkap (4)
·         Tempat dan sebagian besar fasilitas alat bantu tersedia (3)
·         Tempat dan sebagian kecil fasilitas dan alat bantu tersedia (2)
·         Tempat dan fasilitas serta alat bantu Tidak tersedia(1)

Kekompakan kelompok
Kerja sama kelompok dalam kegiatan SL-PTT
·         Tingkat kerja sama kelompok dalam kegiatan SL-PTT
·         Selalu bekerja sama dalam kegiatan SL-PTT (4)
·         Sering bekerja sama dalam kegiatan SL-PTT(3)
·         Jarang bekerja sama dalam kegiatan SLPTT(2)
·         Tidak pernah bekerja sama dalam kegiatan SL-PTT (1)


Sikap anggota kelompok dalam kegiatan SL-PTT
·         Tingkat keperdulian anggota kelomppok dalam kegiatan SL-PTT
·         Selalu memahami dan membantu baik materi maupun non materi(4)
·         Pernah  membantu dan memahami  permasalahan yang dihadapi (3)
·         Memahami persoalan yang dihadapi(2)
·         Tidak berduli (1)

Suasana kelompok
Hubungan kerja sama anggota dalam kelompok
·         Intensitas hubungan dan kerja sama
·         Anggota selalu berhubungan dan bekerja sama dengan anggota  yang lain (4)
·         Anggota pernah berhubungan dan bekerja sama dengan anggota yang lain (3)
·         Anggota pernah berhubungan tapi tidak bekerja sama dengan anggota yang lain (2)
·         Tidak pernah berhubungan dan bekerja sama (1)


Kesempatan berpartisipasi dan mengeluarkan pendapat
·         Jumlah anggota yang berpartisipasi dan mengeluarkan pendapat
·         Semua anggota punya kesempatan berpartisipasi dan mengeluarkan pendapat (4)
·         Sebagian besar anggota punya kesempatan berpartisipasi  dan mengeluarkan pendapat (3)
·         Sebagian kecil anggota punya kesempatan berpartisipasi dan mengeluarkan pendapat (2)
·         Anggota tidak punya kesempatan berpartisipasi & mengeluarkan pendapat (1)

Tekanan Kelompok
Peraturan dan sanksi
·         Dampak peraturan dan sanksi terhadap kelompok
·         Peraturan dan sanksi membuat kelompok menjadi tertib (4)
·         Peraturan dan sanksi membuat sebagian besar anggota tertib (3)
·         Peraturan dan sanksi membuat sebagian kecil anggota tertib (2)
·         Peraturan dan sanksi tidak berpengaruh pada anggota (1)


Tekanan atau gangguan yang berasal dari luar
·         Sikap anggota kelompok terhadap tekanan/gangguan dari luar
·         Adanya tekanan/gangguan dari luar anggota tidak terpengaruh dan tetap solid(4)
·         Adanya tekanan / gangguan dari luar sebagian kecil anggota terpengaruh (3)
·         Adanya tekanan / gangguan dari luar sebagian besar anggota terpengaruh (2)
·         Adanya tekanan/gangguan dari luar semua anggota terpengaruh (1)


Ikut serta dalam kegiatan SL-PTT
·         Sebab ikut serta dalam kegiatan SL-PTT
·         Adanya kekeluargaan dan kebutuhan kelompok (4)
·         Hanya ikut-ikutan teman yang lain (3)
·         Terpaksa mengikuti kegiatan  (2)
·         Tidak punya motivasi dalam mengikuti kegiatan (1)

Efektivitas kelompok
Keberhasilan mencapai tujuan
·         Tingkat keberhasilan
·         Semua tujuan tercapai (4)
·         Sebagian besar tuuan tercapai(3)
·         Sebagian kecil tujuan tercapai (2)
·         Tujuan tidak ada yang tercapai(1)


Ketepatan dalam mencapai tujuan
·         Ketepatan Waktu dalam mencapai tujuan
·         Semua tujuan tercapai tepat waktu yang di tentukan (4)
·         Sebagian besar tujuan tercapai tepat waktu (3)
·         Sebagian kecil tujuan tercapai tepat waktu (2)
·         Semua tujuan tercapai tidak tepat waktu (1)


Sikap anggota terhadap kelompok
·         Kepuasan anggota terhadap kelompok
·         Semua anggota puas  terhadap kelompok (4)
·         Sebagian besar anggota puas terhadap kelompok (3)
·         Sebagian kecil anggota puas terhadap kelompok
·         Semua anggota tidak puas terhadap kelompok (1)

Agenda terselubung
Tujuan pribadi
·         Adanya tujuan pribadi yang belum tersampaikan
·         Terdapat 1-2 tujuan pribadi belum tersampaikan (4)
·         Terdapat 3-4 tujuan pribadi belum tersampaikan (3)
·         Terdapat 5-6  tujuan  pribadi belum tersampaikan (2)
·         Semua tujuan pribadi tidak tersampaikan (1)


Pengaruh tujuan pribadi yang belum tersampaikan terhadap kelompok
·         Sikap anggota terhadap kelompok karena  tujuan pribadi belum tersampaikan
·         Walaupun tujuan pribadi belum tersampaikan justru memotivasi anggota tetap solid (4)
·          Tujuan pribadi tidak tersampaikan tidak berpengaruh apa-apa (3)
·         Tujuan pribadi tidak tersampaikan membuat anggota kurang bersemangat (2)
·         Tujuan pribadi tidak tersampaikan membuat anggota ingin keluar (1)









Lampiran
 Tabel 2 .Hasil pengkajian Karakteristik Responden pengkajian
No
Karakteristik Responden
Jumlah
Persentase (%)
1.
a)       Umur Responden
1.     Produktif  kategori muda (< 35 Th)
2.     Produktif  kategori paruh baya (35-58 Th)
3.     Produktif kategori tua (>58-64 Th)
4.     Non Produktif (> 64 )

8
19
3
0

26,7
63,3
10,0
0,0
2.
b)       Tingkat Pendidikan
1.       SD
2.       SLTP
3.       SLTA
4.       PT

9
10
9
2

30,0
33,3
30,0
6,7
3.
c)       Status Kepemilikan
1.       Pemilik
2.       Penggarap

19
11

63,3
36,7
4.
d)       Jabatan dalam Kelompok
1.       Anggota
2.       Pengurus

15
15

50
50
5
e)       Luas Garapan
1.       < 0,25 Ha
2.       0,25 – 0,50 Ha
3.       > 0,50 – 1 Ha
4.       > 1  Ha

3
25
1
1

10,0
83,3
3,3
3,3



















Tabel 3 Hasil pengkatagorian Unsur pengikat.
Descriptive Statistics

Kategori
Skor
Jumlah
Persentase (%)
Kepentingan yang sama
Tidak Kuat
Kurang Kuat
Cukup Kuat
Sangat Kuat
< 2, 5
2,5 -< 3,0
3,0 -< 3, 5
> 3, 5
-
-
4
26
-
-
13,3
86,7



30
100
Kawasan Usaha
Tidak Kuat
Kurang Kuat
Cukup Kuat
Sangat Kuat
< 2, 5
2,5 -< 3,0
3,0 -< 3, 5
> 3, 5
7
-
19
4
23,3
-
63,3
13,3



30
1100
Kader tani
Tidak Kuat
Kurang Kuat
Cukup Kuat
Sangat Kuat
< 2, 5
2,5 -< 3,0
3,0 -< 3, 5
> 3, 5
-
-
26
4
-
-
86,7
13,3



30
100
Kegiatan yang bermanfaat
Tidak Kuat
Kurang Kuat
Cukup Kuat
Sangat Kuat
< 2, 5
2,5 -< 3,0
3,0 -< 3, 5
> 3, 5
-
4
13
13
-
13,3
43,3
43,3



30
100
Motivasi dan Dorongan Tokoh Masyarakat
Tidak Kuat
Kurang Kuat
Cukup Kuat
Sangat Kuat
< 2, 5
2,5 -< 3,0
3,0 -< 3, 5
> 3, 5
-
-
20
10
-
-
66,7
33,3



30
100
Kekuatan Unsur Pengikat
Tidak Kuat
Kurang Kuat
Cukup Kuat
 Sangat Kuat
≥ 8,75
8,75-<12,5
12,5-<16,25
>16,75
-
-
15
15
-
-
50,0
50,0



30
100













Tabel 4 . Hasil Pengkategorian Kedinamisan Kelompok Tani SLPTT di Kecamatan Adiluwih.
Descriptive Statistics
Unsur Dinamika
Kategori
Skor
Jumlah
Persentase (%)
Tujuan Kelompok
Tidak dinamis
Kurang dinamis
Cukup dinamis
Sangat dinamis
< 1,75
1,75-< 2,5
2,5-< 3,25
> 3,25
-
8
8
14
-
26,7
26,7
46,6
Jumlah

30
100
Struktur Kelompok
Tidak dinamis
Kurang dinamis
Cukup dinamis
Sangat dinamis
< 1,75
1,75-< 2,5
2,5-< 3,25
> 3,25
-
4
8
18
-
13,3
26,7
60,0
Jumlah

30
100
Fungsi Tugas Kelompok
Tidak dinamis
Kurang dinamis
Cukup dinamis
Sangat dinamis
< 1,75
1,75-< 2,5
2,5-< 3,25
> 3,25
-
4
13
13
-
13,3
43,3
43,4
Jumlah

30
100
Pembinaan Kelompok
Tidak dinamis
Kurang dinamis
Cukup dinamis
Sangat dinamis
< 1,75
1,75-< 2,5
2,5-< 3,25
> 3,25
-
8
8
14
-
26,7
26,7
33,3
Jumlah

30
100
Kekompakan Kelompok
Tidak dinamis
Kurang dinamis
Cukup dinamis
Sangat dinamis
< 1,75
1,75-< 2,5
2,5-< 3,25
> 3,25
-
4
17
9
-
13,3
56,7
30,0
Jumlah

30
100
Suasana Kelompok
Tidak dinamis
Kurang dinamis
Cukup dinamis
Sangat dinamis
< 1,75
1,75-< 2,5
2,5-< 3,25
> 3,25
-
-
21
9
-
-
70,0
30,0
Jumlah

30
100
Tekanan Kelompok
Tidak dinamis
Kurang dinamis
Cukup dinamis
Sangat dinamis
< 1,75
1,75-< 2,5
2,5-< 3,25
> 3,25
-
-
4
26
-
-
13,3
86,7
Jumlah

30
100
Efektivitas Kelompok
Tidak dinamis
Kurang dinamis
Cukup dinamis
Sangat dinamis
< 1,75
1,75-< 2,5
2,5-< 3,25
> 3,25
-
-
26
4
-
-
86,7
13,3
Jumlah

30
100
Agenda Terselubung
Tidak dinamis
Kurang dinamis
Cukup dinamis
Sangat dinamis
< 1,75
1,75-< 2,5
2,5-< 3,25
> 3,25
-
10
8
12
-
33,3
26,7
40,0
Jumlah

30
100
Tingkat Dinamika kelompok
Tidak dinamis
Kurang dinamis
Cukup dinamis
Sangat dinamis
≥ 16,75
16,75-<24,5
24,5-<32,25
>32,25
-
4
19
7
-
13,3
63,4
23,3



30
100


Tabel 5. Hasil Analisi Hubungan Unsur Pengikat dengan Dinamika Kelompoktani Kecamatan Adiluwih
Correlations


Unsur pengikat


Kepentingan
yang sama
Kawasan Usaha
Kader Tani
Motivasi tokoh
Kegiatan bermanfaat
Tujuan
Koefisien Korelasi (rs)
.601**
.652**
.519**
.177
.180

Sig.(2-tailed)
.000
.000
.003
.351
.191

N
30
30
30
30
30
Struktur
Koefisien Korelasi (rs)
.722**
.594**
.425*
.524**
.120

Sig.(2-tailed)
.000
.001
.019
.003
.526

N
30
30
30
30
30
Fungsi tugas
Koefisien Korelasi (rs)
.711**
.192
.325
.828**
-.059

Sig.(2-tailed)
.000
.310
.079
.000
.756

N
30
30
30
30
30
Pembinaan
Koefisien Korelasi (rs)
.601**
.454*
.236
.414*
.180

Sig.(2-tailed)
.000
.012
.210
.023
.340

N
30
30
30
30
30
Kekompakan
Koefisien Korelasi (rs)
.131
.352
.462*
.299
.153

Sig.(2-tailed)
.490
.056
.010
.109
.420

N
30
30
30
30
30
Suasana
Koefisien Korelasi (rs)
.611**
.004
.431*
. 598**
-.183

Sig.(2-tailed)
.000
.983
.017
.000
.333

N
30
30
30
30
30
Tekanan
Koefisien Korelasi (rs)
.716**
.640**
.141
. 327
.119

Sig.(2-tailed)
.000
.000
.459
.078
.530

N
30
30
30
30
30
Efektivitas
Koefisien Korelasi (rs)
.224
.152
.614**
.510**
.000

Sig.(2-tailed)
.235
.424
.000
.004
.100

N
30
30
30
30
30
Agenda Terselubung
Koefisien Korelasi (rs)
.584**
-.174
.458*
.641**
-.389*

Sig.(2-tailed)
.001
.358
.011
.000
.03

N
30
30
30
30
30

Tabel 6. Hubungan Tingkat Kekuatan  Unsur Pengikat Kelompok  dengan Tingkat Kedinamisan Kelompoktani
Correlations

Total Unsur pengikat
Spearman's rho
Total Dinamika
Correlation Coefficient
.905**
Sig. (2-tailed)
.000
N
30
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).